20080919

II. TAMBO PAKSI BUWAY BEJALAN DIWAY SEKALA BRAK

Karena memperhatikan Tambo asal turunan Paksi Pak dari zaman purbakala belum begitu teratur, belum disusun dengan sempurna maka dirasa wajib menyusun tambo asal-asal turunan Paksi Pak tersebut supaya jangan mudah hilang di zaman akhir ini.
Dari itu maka Tarikh / Tambo  turunan-turunan tersebut dihimpunkan dalam buku ini dengan ringkas dikutip dari tambo-tambo dulu supaya mudah mengetahui asal usulnya turunan itu, disalin dari tanduk kerbau dan kulit kayu.
Disalin oleh Anwar Yahya, Kembahang 18 November 1938
   
PASAL I 
MENYATAKAN ASAL USUL TURUNAN PAKSI PAK
Paksi Pak asalnya yaitu keluar dari Sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Sayidina Usman di Makkah, beliau beranak tiga orang dua laki laki dan seorang perempuan. Yang tua laki-laki singgah di negeri Rum, yang kedua singgah di negeri Cina dan yang perempuan yaitu Tuanku Gadis terus ke Pagar Ruyung Minangkabau dan menetap disana menjadi Raja.
Pada zaman Tuanku Gadis jadi Raja disana ada sebatang Kelapa yang amat tinggi namanya Nyiur Gading tiada seorang pun yang sanggup memanjat kelapa tersebut. Pada suatu ketika Tuanku Gadis itu sangat ingin memakan buah Nyiur Gading itu dan sangat ingin pula meminum airnya. Dalam pada itu Tuanku Gadis mencari daya upaya supaya sampai maksudnya itu. Dengan kodrat Tuhan Yang Maha Esa, ada seekor tupai memanjat kelapa tersebut dengan suruhan Tuanku Gadis, tidak berapa lamanya memanjat pohon kelapa itu barulah sampai diatasnya maka digugurkanlah oleh tupai itu buah satu biji lalu diambil oleh Tuanku Gadis dan dibelahnya lalu dimakannya isinya dan airnya diminumnnya. Hingga sampai keinginan Tuanku Gadis memuaskan dahaga, karena tidak habis oleh Tuanku Gadis maka sisanya dimakan oleh Babunya, ampasnya dimakan Ayamnya, Sabutnya dimakan Kerbau, Tempurungnya dimakan Kuda. Syahdan selang tiada berapa lamanya dari makan nyiur tersebut maka Tuanku Gadis buntinglah kemudian babunya, kerbaunya, kudanya bunting pula dan ayamnya bertelur pula. Setelah cukup 9 bulan 10 hari Tuanku Gadis dalam hamil bersalinlah dia seorang anak laki-laki, dinamainya Tuanku Orang Mudo, dan bersalin pula babunya dinamai Cindara Mato dan bersalin pula kerbau dinamai si Banuang, bersalin pula kuda dinamai si Gumayang dan menetas pula telor ayam keluar ayam jantan dinamai Kunantian Panjang Gumbak.
Kemudian dari pada itu, lama kelamaan Tuanku Orang Mudo sudah besar lalu diambilkan Permaisuri dan setelah sampai masanya Permaisuri itu hamillah dan bersalin pula sesudah cukup 9 bulan 10 hari dan dinamakannya yang tua        Saiy Sahalan dan yang muda dinamakannya Tuanku Mengindar Alam, sesudah besar pula Tuanku keduanya mengambil Permaisuri pula dan setelah sampai masanya kedua Permaisuri itu hamil pula dan melahirkan kedua Permaisuri itu masing masing 2 [dua] Putera dan dinamakan Tuanku keempatnya.  Kemudian Tuanku keempatnya berputera pula masing masing 3 Orang laki laki sehingga menjadi 12 [dua belas] orang kesemuanya, itulah yang duduk di Pagar Ruyung menjadi Raja disana kemudian ke 12 Tuanku masing masing mendirikan satu satu Adat sehingga menjadi 12 Adat yang tetap di Pagar Ruyung. Kemudian Tuanku Tuanku 12 bermufakat pada suatu masa akan mencari kehidupan dan kesenangan maka bulat kemufakatan mereka bahwa yang tua tetap di Pagar Ruyung yang menduduki kerajaan disana dan yang 11 [Sebelas] lagi berjalan musafir serta membawa Pengikut 4 orang masing masingnya.
PASAL II
Perjalanan 11 orang Tuanku Tuanku keluar dari Pagar Ruyung tiada bersama sama melainkan masing masing keluar menurut isi hati perlangkahan masing masing. Kira kira 12 tahun keluar itu maka pada suatu ketika dengan kodrat Tuhan Yang Maha Esa seru sekalian alam, maka setengahnya Tuanku Tuanku itu sampai di Sekala Bekhak.
1.      Umpu Bejalan Di Way di Puncak Sukarami
2.      Umpu Nyerupa di Tampak Siring
3.      Umpu Pernong di Henibung
4.      Umpu Belunguh di Barnasi
5.      Umpu Benyata di Luas, Anak Mentuha Paksi Pak
Maka sewaktu Tuanku Tuanku itu dalam perjalanan dari Pagar Uyung, mereka sangat cinta untuk bertemu, sebab sudah terlalu lama dalam perjalanan tak pernah bertemu, di Sekala Bekhak mereka bertangis-tangisan mengenangkan nasib semenjak keluar dari Pagar Uyung hingga begitu lama baru ketemu hampir tiada kenal mengenal satu sama lain.
PASAL III
Nazar para Umpu sesudah bertemu lagi di Sekala Bekhak, setelah berjumpa di Sekala Bekhak dan mereka sudah kenal mengenal saudaranya [Umpu Umpu itu] maka mereka bernazar kepada Allah SWT, sebagai berikut :
1.      Umpu Bejalan Di Way meminta menjadi Raja yang gagah berani, satu lawan seratus.
2.      Umpu Nyerupa bercita cita meminta menjadi Raja yang sakti dan banyak rakyatnya.
3.      Umpu Pernong meminta tetap dalam kerajaan cerdik pandai.
4.      Umpu Belunguh minta jadi Raja dengan banyak harta bendanya kaya raya.
Hanya Umpu Buway Benyata yang tidak bernazar/bercitacita karena memang Anak Mentuha tiada berdiri Paksi hanya buat menyimpan harta dari kebesaran/pusaka dari Empat Paksi yang tersebut tadi. Kemudian lebih kurang satu tahun lamanya di Sekala Bekhak datang satu gadis dari sebelah matahari terbit namanya Si Bulan, rupanya dia datang itu membawa kemashulan-kesusahan hingga datang mendapatkan empat paksi itu serta dia bersusah payah mengurus makan minum empat paksi di Sekala Bekhak. Menimbang susah payah gadis nama Si Bulan ini, maka Empat Paksi tersebut berpikir masing-masing katanya, apakah pembalasan kami melainkan kami angkat menjadi saudara bersama hidup dan mati, manis pahitnya bersama-sama.
PASAL IV
Pekerjaan Empat Paksi pertama kali di Sekala Bekhak, syahdan setelah tetap segala nazar dan cita-cita Empat Umpu dan Si Bulan telah tetap menjadi saudara oleh keempat Umpu, maka kami bermufakat dan bersiap akan mengusir Tumi dan Budha yaitu bangsa pemuja Dewa. Pada saat yang baik kami coba menaklukkan kedua bangsa tersebut, sebab menurut warta orang bahwa di tempat itu ada sesuatu barang yang dikunjungi atau dipujapuja oleh bangsa Tumi dan Budha yang mereka anggap sebagai kebesaran untuk bangsa bangsa itu. Maka pada keesokan harinya kami pukullah genderang perang maka keluarlah Tumi dan Budha itu. Maka kami berperanglah dengan sangat hebatnya, tangkis menangkis, kejar mengejar hingga kami sampai di tempat kebesaran itu, yang dikunjungi oleh pemuja kedua bangsa itu. Lalu kami rampas barang barang itu sekuatkuatnya tenaga kami, maka barang itu dapat kami rampas dari bangsa Tumi dan Budha itu berlarian tiada berketentuan perginya bercerai-berai dan perang pun selesailah.
PASAL V

Sesudah selesai dari peperangan maka huru hara tiada lagi, bertukar dengan aman. Kami periksa barang kebesaran yang dikunjungi dan dipuja oleh bangsa Tumi dan Budha itu yaitu didapat satu batang kayu yang dinamakan oleh kedua bangsa itu Belasa Kepampang. Adapun sifatnya kayu itu akarnya keatas sedang dahannya kebawah masuk kedalam tanah dan kayu tersebut berdahan sebukau. Jadi kayu itu dua macam dahannya dan kemaksiatan itu kayu apabila dimakan buahnya atau daunnya, niscaya mati dan apabila tersinggung getahnya terus terasa bengkak atau bisul besar ialah obatnya pula apabila diambilkan dahannya yang bernama sebukau itu digosokkan atau dimakan ia menjadi baik.
Maka itu kayu, kami empat saudara timbang timbang akan dibuat apa supaya boleh menjadi lama sampai kepada anak cucu. Maka kami ambil dan terus dijadikan Pepadun menjadi kebesaran sehingga sampai anak cucu dibelakang hari. Kemudian kami keempat Umpu menjadikan kayu Belasa Kepampang itu menjadi Pepadun atas perkumpulan.
PASAL VI
Adapun sekiranya ada orang akan minta kepada Paksi kebesaran Adat Lampung boleh dikasih oleh Paksi tetapi menurut jenjang Adat dan nanti diterangkan dengan mendapat izin dari Paksi. adapun Pepadun Belasa Kepampang diserahkan oleh Umpu yang keempatnya ditangan Umpu Buway Benyata Luas untuk menyimpan Pepadun itu dengan baik sehingga sampai pada anak cucunya dan lagi itu pepadun jadi pusaka paksi 4 gilir menggilir sehingga zaman yang penghabisan.
Adapun Umpu Paksi Empat  ini telah duduk berkuasa masing masing yaitu :
1.      Umpu Buway Bejalan Di Way bertahta di Puncak Sukarami Liwa.
2.      Umpu Buway Pernong bertahta di Hanibung Batu Brak.
3.      Umpu Buway Belunguh bertahta di Barnasi Belalau
4.      Umpu Buway Nyerupa bertahta di Tampak Siring Sukau
Dan Umpu Buway Benyata di Luas, Si Bulan tinggal di Way Nekhima dan menurunkan Jurai Melebuy kemudian terus kedataran Tanah Lampung. Siputar dan Si Kumbar dan Si Laruk berjalan mencari penghidupannya kesebelah matahari terbit.
PASAL VII
Adapun Jolak Paksi Empat ini yaitu 1. Pangeran 2. Sultan 3. Dalom 4. Raja dan Jolak yang perempuannya adalah Ratu. Famili dari Paksi Pak yaitu 1. Raja 2. Batin dan yang dinamakan Paksi yaitu turunan dari pada Umpu yang Empat yaitu anak dari Ratu yang tertua. Adapun tutur turunan Paksi itu kepada orang tuanya yang lelaki adalah Akan dan tuturnya kepada Ibunya adalah Incik, tutur orang banyak kepada Dalom Paksi Empat adalah Peniakan Dalom. Menurut Adat tuturan anak anak orang lain kepada Paksi yaitu Bapak Dalom kepada Suttan Saibatin dan Ina Dalom kepada Ratu Saibatin. Panggilan kakak kepada Suttan Saibatin yang laki-laki yang tertua adalah Pun, kepada anak yang kedua adalah Ngebatin/Atin. Nama kediaman Paksi adalah Lamban Gedung atau Pakolom dan bubungan rumah Paksi adalah Kawik Buntor demikian tiada boleh seorang juapun yang memakainya. Orang banyak boleh memakai bubungan atas kesukaannya asal tidak menggunakan Kawik Buntor yang ditetapkan untuk Paksi.
Adapun duduknya Buway Benyata kepada Paksi Pak adalah Anak Mentuha dari keempat Paksi, jika anak cucunya bimbang atau kauri menurut sepanjang Adat Lampung dia musti campur dan ikut. Jika Paksi  duduk maka Buway Benyata duduk disebelah kanan dan kalau Paksi berjalan maka Buway Benyata dahulu didepan Penetap Imbor dan tidak diperkenankan memberi Gelar seseorang seperti Radin, Minak dan lain lain melainkan dengan izin Paksi.
Sehingga inilah pengaturan pengaturan Paksi dan asal dan usul turunan, disusun dengan ringkas supaya mudah diketahui dari abad ke VII [tujuh] Masehi hingga nanti keakhir zaman.

Kembahang, 18 November 1938
Ahmad Siradj adoq Pangeran Jaya Kesuma II
De Pangiran Kembahang
Paksi Bejalan Di Way
Ditulis kembali di Batu Raja pada 21 Agustus 1992
Darwis H.A.
Sekretaris Pesirah 
Note:
1.  Belasa Kepampang situsnya berlokasi di Perkebunan M. Zakuan di Lungup, Way Nekhima Kembahang.
2.   Durian Tumi situsnya berlokasi di Kunyaian, Tanjung Kemala Sukau. Nama Tumi sendiri berasal dari nama durian ini.
3.      Lubuk Tumi terdapat di Kembahang Tuha.
4.      Pematang Tumi terdapat di Tampak Siring Sukau.         
5.  Prasasti bercorak Budha pada era Tumi [Hindu Budha] terdapat di Bawang Heni yang berangka tahun 997.

6 komentar:

tes mengatakan...

Aslm. Salam kenal bang...
Tabik, kantu abang dapok singgah pai di http://ulunlampung.co.cc
Komunitas Jelma Gham

Unknown mengatakan...

tabik... semoga eksistensi tradisi, seni (seluruh kegiatan adat kerjaan)yang lestari hingga saat ini menjadi obat dari kegelisahan segala kisah kejayaan dahulu. jadi tidak ada kisah yang hanya tinggal cerita, tabik...

say_sukau mengatakan...

payu ana kando..
sekindua butekhima kasih nihan, kanda haga nyempaykon singgah di blog sekindua sai lamon kekukhanganni..

alhamdullah dlm wktu dekatji IKPM LAM-BAR ngedok sekretariatan,
aga khang kham muli mekhanai skala brak memajukan budaya lokal..

oya bang kik wat foto-foto etnis lampung or foto lambar tempoe doeloe sekindua ngilu pi...

Unknown mengatakan...

tabik,,kik wat tulung pai foto ni mengian lampung barat nihan...

Unknown mengatakan...

Dirumah saya ada tambo, di simpan ibu saya didalam wadah bambu dibungkus kain merah,, tulisannya jaduul banget tulisan zaman dulu, prnh dibacain sama ibu saya, kbtulan saya msih keluarga sai batin , ada tombak dll , tpi krna keluarga saya miskin dr among jdi gak dianggap, tpi tambo nya masih ada sama kami

Unknown mengatakan...

Maaf mau tanya apakah sekala brak itu ada asal dari kota negara oku.. kalo emang ada.. itu masuk termasuk sekala brak yang mana?